Home / Berita Terkini / Pendidikan / Pancasila: Meja Statis dan Leitstar Dinamis

Pancasila: Meja Statis dan Leitstar Dinamis

Dalam kuliah tentang Pancasila yang pernah disampaikan Presiden Soekarno pada tahun 1959 (dan kemudian dibukukan tahun 2013 berjudul Pancasila Dasar Negara), beliau menegaskan bahwa Pancasila adalah “meja statis” sekaligus “leitstar dinamis”.

Istilah leitstar berasal dari bahasa Jerman leitstern yang artinya “bintang penuntun”. Jadi, maksud Soekarno: Pancasila adalah landasan tetap sekaligus bintang penuntun yang bergerak dinamis.

🔹 Pancasila sebagai Meja Statis

Sebagai meja statis, Pancasila berfungsi sebagai dasar bersama tempat seluruh bangsa bertemu dan bersatu.

Indonesia terdiri dari banyak suku, bahasa, agama, budaya, dan adat. Kalau mau mendirikan negara, harus ada dasar yang kokoh agar semua perbedaan itu bisa dipersatukan.

Menurut Soekarno, dasar itu tidak perlu dicari dari luar, tapi sudah ada dalam jiwa masyarakat Indonesia sendiri.

Jati diri bangsa Indonesia tercermin dalam budaya, ekonomi, kehidupan sosial, dan spiritualitas yang sejak dulu hidup di tengah masyarakat. Itulah yang dirangkum dalam Pancasila.

Baca juga: Pancasila Sebagai Dasar Negara, Fondasi Indonesia

Karena itu, Pancasila disebut meja statis: ia menjadi titik temu yang tidak berubah, fondasi yang membuat Indonesia tetap berdiri dan menyatu.

🔹 Pancasila sebagai Leitstar Dinamis

Tapi, Soekarno juga menekankan bahwa Pancasila bukan hanya diam seperti patung. Pancasila juga adalah leitstar dinamis — bintang penuntun yang memberi arah dan menggerakkan bangsa untuk mencapai cita-cita.

Pancasila bukan sekadar dasar negara, tapi juga visi tentang masa depan bangsa:

Ketuhanan → membimbing rakyat Indonesia menjadi bangsa yang religius, menjunjung kebebasan beribadah, dan hidup rukun dalam perbedaan.

Kemanusiaan → mengajarkan untuk memperlakukan sesama dengan adil, beradab, dan penuh penghormatan pada martabat manusia.

Kebangsaan → mencita-citakan persatuan, gotong royong, dan cinta tanah air yang kuat.

Kerakyatan/Demokrasi → menegaskan kedaulatan rakyat, dengan keputusan diambil melalui musyawarah dan lembaga perwakilan.

Keadilan Sosial → memberi arah agar Indonesia menjadi masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera untuk semua.

Inilah yang dimaksud sebagai leitstar dinamis: Pancasila memberi arah gerak, bukan hanya duduk diam.

🔹 Fleksibel tapi Berprinsip

Sebagai leitstar, Pancasila tidak kaku. Ia luwes dan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Tantangan setiap era—globalisasi, teknologi, krisis ekonomi, bahkan perpecahan sosial—semuanya bisa dihadapi dengan nilai-nilai Pancasila.

Tonton juga: Saat DPR Keblinger Sahkan Undang Undang Penuh Kontroversi

Namun, meski adaptif, Pancasila tetap berprinsip: ia tidak berubah dari nilai dasarnya, hanya cara penerapannya yang mengikuti perkembangan zaman.

Kesimpulan

Jadi, Pancasila sebagai meja statis berarti ia menjadi fondasi permanen yang mempersatukan bangsa.
Sedangkan Pancasila sebagai leitstar dinamis berarti ia menjadi bintang penuntun yang hidup, memberi arah, dan menggerakkan Indonesia untuk mencapai cita-cita nasional.

Dengan posisi ganda ini, Pancasila tidak hanya menjaga persatuan, tapi juga menjadi kompas bangsa untuk menghadapi masa depan. (yans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *