Home / Berita Terkini / Pendidikan / Refleksi Makna Mars IPM: Dari Nada, Menjadi Tindakan

Refleksi Makna Mars IPM: Dari Nada, Menjadi Tindakan

Setiap kali acara Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) digelar — dari tingkat ranting hingga pusat — selalu ada satu lagu yang tak pernah terlewatkan: Mars IPM.

Lagu ini bukan sekadar irama pembuka acara, melainkan simbol semangat perjuangan dan kebersamaan kader IPM di seluruh Indonesia. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak dan merenungkan makna di balik setiap baitnya? Sudahkah nada-nada itu benar-benar hidup dalam diri kita?

Mars IPM diciptakan oleh Rakanda M. Izzul Muslimin, Ketua Umum PP IRM periode 1996–1998. Ia pasti berharap, lagu ciptaannya bukan hanya dinyanyikan dengan lantang, tetapi juga dihayati dan dihidupkan dalam tindakan.

Bersatu, Berpadu, Menjalin Ukhuwah di Dalam IPM

Pertanyaannya: sudahkah kita benar-benar menjadi kader yang membuka ruang kolaborasi? Atau justru sibuk menegakkan ego dan berpikir secara individualis? Dalam kehidupan sosial, manusia adalah homo socius — makhluk yang butuh interaksi dan kerja sama. Tanpa kolaborasi, gagasan secemerlang apa pun hanya akan berakhir sebagai wacana.

Islam mengajarkan prinsip kolaborasi ini dalam konsep ukhuwah, sebagaimana termaktub dalam QS. Ali-Imran: 103, yang menegaskan pentingnya persatuan demi satu tujuan bersama. Ukhuwah bukan sekadar kebersamaan, tapi juga sistem saling dukung — tempat setiap kader maju bersama, bukan meninggalkan yang lain.

Terampil, Berilmu, Berakhlak Mulia

Di era digital seperti sekarang, keterampilan menjadi kebutuhan utama. Tapi, keterampilan seperti apa yang benar-benar dibutuhkan? Bukan sekadar menguasai teknologi, tetapi mampu beradaptasi, berpikir kreatif, dan berinovasi. Dunia berubah begitu cepat; cara kita berpikir pun harus ikut berkembang tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.

Pandemi COVID-19 menjadi contoh nyata bagaimana dunia digital memaksa kita bertransformasi — dari rapat tatap muka menjadi online meeting, dari seminar menjadi webinar. Ini adalah tanda bahwa masa depan akan semakin digital, dan kita harus siap menyongsongnya.

Namun, jangan lupa: ilmu tanpa akhlak hanyalah kesia-siaan. Seperti yang diungkapkan Imam Al-Ghazali, “Berakhlaklah sebelum berilmu.” Karena sebaik apa pun pengetahuan kita, tanpa budi pekerti yang luhur, ilmu itu akan kehilangan arah dan makna.

Pelopor, Pelangsung, Penyempurna Amanah

Kader IPM bukan penonton perubahan, tetapi pelaku utama. Kita dituntut menjadi inisiator dan promotor gerakan umat, bukan sekadar pengamat yang bertepuk tangan dari pinggir. Amanah perjuangan yang diwariskan para pendahulu Muhammadiyah sejak 1912 harus terus kita lanjutkan dan sempurnakan.

Banyak anak muda kini menjadi pelopor dalam berbagai bidang — pendidikan, budaya, ekonomi, hingga sosial-politik. Mereka menciptakan platform digital yang memberi manfaat luas. Namun, menjadi pelopor juga berarti menjaga kemurnian niat, tidak mencampurkan kebaikan dengan keburukan. Gerakan yang sejati adalah yang berlandaskan keikhlasan dan kejujuran.

Berjuang dengan Sekuat Tenaga, Tegakkan Islam yang Utama

Perjuangan bukan hanya tentang berbicara, tetapi tentang tindakan nyata. Setiap cita-cita harus diwujudkan dengan kerja keras, tanpa pamrih, tanpa menunggu imbalan. Nilai-nilai Islam harus menjadi dasar setiap langkah perjuangan — menjadi arah kompas dalam setiap keputusan dan pergerakan.

Sejalan dengan cita-cita luhur Muhammadiyah: “Mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.” Inilah tugas panjang yang tidak akan pernah selesai, karena Islam berkemajuan adalah perjalanan tanpa ujung.

Menjadi Kader Siap Sedia: Untuk Umat dan Bangsa

Kader IPM adalah pembelajar sejati. Siap ditempatkan di mana saja, kapan saja, dengan keahlian yang diberikan oleh Allah SWT. Ketika umat memanggil, kita menjawab dengan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Ketika bangsa membutuhkan, kita berdiri tegak dengan semangat hizbul wathan, membela tanah air sampai titik akhir.

Berdiri, Tegaklah Tampilan di Muka, Ikrarkan Bersama IPM Berjaya!

Kini, saatnya kita bertanya: sudahkah perjuangan umat kita tegak setinggi-tingginya, atau baru setengah tiang? Bendera perjuangan tidak akan berkibar gagah jika tidak ditegakkan sepenuh hati. Perbedaan antara kader sejati dan kader yang berpura-pura akan tampak dari seberapa tinggi ia menegakkan ikrar perjuangannya.

Pada akhirnya, ikrar itu akan dimintai pertanggungjawaban. Kata-kata yang kita ucapkan akan menjadi saksi — apakah kita benar-benar memperjuangkan Islam berkemajuan, atau hanya sekadar menyanyikannya tanpa makna.

Mars IPM bukan sekadar lagu. Ia adalah manifesto perjuangan, panggilan untuk bersatu, belajar, berakhlak, dan berjuang. Maka, mari kita nyanyikan bukan hanya dengan suara, tapi juga dengan tindakan. Karena IPM bukan hanya organisasi, melainkan wadah pembentuk insan berkemajuan — untuk umat, bangsa, dan peradaban. (diolah Ramenews dari ipm.or.id)

Tag:

6 Komentar

  • Artikel ini mengajarkan bahwa nilai-nilai IPM (persatuan, ilmu, akhlak mulia) harus tercermin dalam tindakan sehari-hari. Saya akan membangun hubungan baik dan berkolaborasi dalam kegiatan sosial, membantu tetangga, serta aktif bekerja sama. Selain itu, saya akan mencari ilmu yang bermanfaat dan berbagi dengan orang lain. Akhlak mulia akan menjadi fondasi dengan bersikap jujur, sopan, dan bertanggung jawab, serta menghindari perbuatan yang merugikan. Sebagai pelopor perubahan, saya akan mencari solusi untuk masalah di lingkungan dan mengajak teman-teman berbuat baik, agar dapat berkontribusi nyata bagi umat, bangsa, dan peradaban.

  • Hikmah utama dari materi ini adalah bahwa setiap pelajar Muhammadiyah hendaknya mengamalkan nilai-nilai perjuangan, keilmuan, akhlak, dan persaudaraan dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi generasi Islam yang berilmu, beramal, dan berakhlak mulia.

  • menghidupi nilai nilai dalam tindakan, berkolaborasi dan bekerja sama,mengembangkan keterampilan dan menjaga etika, menjadi pelopor dan penjaga amanah,siap sedia untuk membantu pengguna, bertanggungjawab atas jawaban yang di berikan

  • Hikmah yang bisa saya ambil dari materi “Refleksi Makna Mars IPM: Dari Nada Menjadi Tindakan” adalah bahwa kita diajarkan untuk tidak hanya menyanyikan lagunya, tapi juga mengamalkan maknanya. Mars IPM mengingatkan kita agar semangat, berilmu, berakhlak mulia, dan bekerja sama dalam kebaikan. Dari situ saya belajar untuk berbuat nyata, menjadi pelopor perubahan, serta menjaga sikap dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

  • menghidupi nilai nilai dalam tindakan, berkolaborasi dan bekerja sama,mengembangkan keterampilan dan menjaga etika, menjadi pelopor dan penjaga amanah,siap sedia untuk membantu pengguna, bertanggungjawab atas jawaban yang di berikan

  • Hikmah dari teks tersebut adalah bahwa Mars IPM bukan sekadar lagu, melainkan semangat perjuangan dan panggilan untuk bersatu, berilmu, berakhlak, serta berjuang menegakkan nilai-nilai Islam. Kader IPM diajak untuk menghayati maknanya dalam tindakan nyata, menjadi pelopor perubahan, menjalin ukhuwah, dan berkontribusi bagi umat, bangsa, dan peradaban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *