RameNews, Semarang — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga harmoni dan kesejahteraan para guru agama. Mulai tahun 2026, Pemprov Jateng menyiapkan kenaikan anggaran insentif guru agama menjadi Rp300 miliar, meningkat dari alokasi Rp250 miliar pada tahun 2025.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) menegaskan bahwa program ini mencerminkan semangat toleransi lintas agama yang menjadi identitas Jawa Tengah.
“Semua guru agama — Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu — berhak atas penghargaan yang sama. Kami ingin memperlakukan semua tanpa perbedaan keyakinan,” ujar Gus Yasin di Semarang, Minggu (12/10/2025).
Menurutnya, sejak enam tahun terakhir, Pemprov Jateng telah menyalurkan Rp260–Rp270 miliar per tahun untuk mendukung kesejahteraan para guru agama, termasuk penghafal kitab suci dari berbagai agama.
Baca juga: Sejarah di Balik 12 Oktober, Hari Jadi Jawa Timur ke-80
“Tidak hanya hafiz Al-Qur’an, tetapi juga penghafal kitab suci dari agama lain. Semuanya kami hargai,” imbuhnya.
Program ini bahkan memberikan insentif langsung Rp1 juta per orang, tanpa proposal atau proses administratif yang berbelit. “Ada guru dari Papua yang bahkan datang jauh-jauh untuk mengucapkan terima kasih atas penghargaan ini,” tambahnya.
Data Penerima Insentif Guru Agama di Jateng 2025:
Berdasarkan data dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, penerima insentif guru agama untuk agama Islam yaitu 225.187 orang, Kristen: 4.430 orang, Katolik 475 orang, Hindu 180 orang, Buddha 545 orang dan Khonghucu 13 orang.

Ketua Umum DPP Rabithah Alawiyah, Taufiq Abdulqadir Assegaf, mengapresiasi langkah Pemprov Jateng sebagai contoh nyata kolaborasi pemerintah dan tokoh agama dalam memperkuat moral masyarakat.
“Program ini sejalan dengan misi Rabithah Alawiyah dalam memperkuat peran ulama dan tokoh agama sebagai penuntun umat di tengah tantangan zaman. Kebijakan seperti ini layak ditiru daerah lain,” ujarnya dalam Mukernas Rabithah Alawiyah di Semarang, Sabtu (11/10/2025).
Dengan konsistensi program insentif lintas agama ini, Jawa Tengah kembali menunjukkan dirinya sebagai provinsi yang toleran, inklusif, dan peduli pada kesejahteraan guru agama.
Tonton juga: Soekarno Sang Maha Pecinta
“Kami ingin memastikan setiap pengajar agama mendapat penghargaan yang layak, karena mereka adalah penuntun moral bangsa,” tutup Gus Yasin.
diapresiasi, tapi jangan sampai program ini berhenti sebagai pencitraan politis.
Keadilan tidak hanya diukur dari jumlah uang yang dibagi, tetapi dari sejauh mana semua guru agama — dari mayoritas hingga minoritas — merasakan dampak nyata kesejahteraan.
Indonesia butuh lebih banyak kebijakan yang adil, transparan, dan berorientasi jangka panjang. Karena sejatinya, membangun bangsa bukan hanya dengan beton dan infrastruktur, tetapi juga dengan ketulusan dalam memuliakan para pendidik spiritualnya. (yans)








Satu Komentar