RameNews, Sulawesi – Hari ini, tujuh tahun lalu, Sulawesi Tengah dihantam tiga malapetaka sekaligus. Pada 28 September 2018, Gempa berkekuatan M 7,4 (dimutakhirkan dari M 7,7) mengguncang Palu dan Donggala. Belum hilang getaran, tsunami menyusul. Yang paling mengerikan? Fenomena likuefaksi, di mana tanah bergerak seperti air dan menelan segalanya.
Tragedi dahsyat ini meninggalkan luka mendalam. Data final dari BNPB mencatat, total korban meninggal dan hilang mencapai angka 4.340 jiwa!
Korban Jiwa & Pengungsi: Palu Paling Terpukul!
Kota Palu jadi wilayah dengan jumlah korban terbanyak. Ini rincian lengkapnya:
Wilayah Korban Meninggal & Hilang Pengungsi
Kota Palu
3.689 jiwa meninggal dan hilang
40.374 jiwa mengungsi
Sigi
405 jiwa meninggal dan hilang
93.187 jiwa mengungsi
Donggala
231 jiwa meninggal dan hilang
36.346 jiwa mengungsi
Parigi Moutong
15 jiwa meninggal dan hilang
2.728 jiwa mengungsi
Selain itu, BNPB juga mencatat ada 4.438 orang luka-luka yang harus dirawat.
Dari Gempa Dangkal Hingga Tsunami Mini!
BMKG lewat Deputi Bidang Geofisika, Muhamad Sadly, mengungkap fakta di balik bencana ini:
Pemicu: Gempa M 7,4 ini adalah jenis dangkal yang dipicu oleh aktivitas Sesar Palu Koro. Pergerakannya didominasi mekanisme sesar mendatar (Strike-Slip).
Susulan: Tercatat ada 76 gempa susulan hingga keesokan harinya, dengan kekuatan terbesar M 6,3.
Baca juga: 18 September 1948: PKI Nekat Membentuk Republik Soviet Indonesia
Tsunami: Guncangan memicu tsunami setinggi 0,5 meter hingga 3 meter di Palu, dan 0,5 meter di Mamuju.
Likuefaksi: Horor Tanah ‘Hidup’
Yang membuat bencana ini unik dan mengerikan adalah likuefaksi. Ini adalah fenomena hilangnya kekuatan tanah akibat gempa, membuat tanah berperilaku seperti cairan!
Petobo, Balaroa, dan Jono Oge (Sigi) menjadi saksi bisu. Di wilayah-wilayah ini, rumah dan benda di atas tanah diturunkan dan ditelan bumi, membuat banyak korban hilang tanpa jejak.
Petobo: 181 Hektare
Jono Oge, Sigi: 209 Hektare
Balaroa: 40 Hektare
Kerugian Triliunan: Kota Palu Lumpuh!
Kerusakan fisik akibat bencana ini luar biasa. Total kerugian mencapai Rp 2,89 triliun, sementara dampak kerusakan menembus Rp 15,58 triliun!
Rumah Rusak: Total 68.451 unit hancur.
Palu: 42.846 unit
Donggala: 21.378 unit
Fasilitas Umum: Ratusan bangunan publik luluh lantak, termasuk 265 unit Sekolah, 327 Rumah Ibadah, dan 7 Jembatan (salah satunya Jembatan Kuning ikon Palu).
Penanganan darurat terus dilakukan, hingga akhirnya Pemprov Sulteng melanjutkan dengan masa transisi darurat sampai Februari 2019. Kini, upaya pembangunan Hunian Tetap (Huntap) terus dikebut di atas lahan seluas 600 hektare, sebagai penanda bangkitnya kembali Sulawesi Tengah.
Tonton juga: The Conjuring: Last Rites (Membosankan..)
Semoga tragedi ini menjadi pengingat bagi kita semua akan dahsyatnya kekuatan alam! (yans/bmk/kmps)










