Home / Berita Terkini / Pendidikan / Tantangan Indonesia di Era Global: Dari Individualisme hingga Intoleransi

Tantangan Indonesia di Era Global: Dari Individualisme hingga Intoleransi

Di era globalisasi, dunia kian terhubung tanpa batas. Seseorang di Indonesia bisa berinteraksi langsung dengan orang di belahan dunia lain hanya lewat gawai. Globalisasi membuka peluang besar, tapi juga membawa tantangan serius bagi bangsa Indonesia.

Menurut sosiolog Selo Soemardjan, globalisasi adalah terbentuknya komunikasi dan organisasi antarbangsa yang melahirkan aturan-aturan baru bersama. Dampaknya, banyak nilai, norma, dan tradisi lokal mulai bergeser, bahkan negara perlahan kehilangan peran dominannya, tergeser aktor non-negara seperti korporasi, LSM, dan komunitas global.

Baca juga: Pancasila Sebagai Dasar Negara, Fondasi Indonesia

Namun, globalisasi juga membuka peluang: kesempatan studi ke luar negeri, kerja sama ekonomi, hingga akses teknologi. Kuncinya, Indonesia harus mengelola arus globalisasi dengan berpegang pada Pancasila agar perubahan yang terjadi membawa berkah, bukan masalah.

Beberapa Tantangan Utama

  1. Individualisme
    Individualisme yang kental di negara Barat makin menguat lewat isu HAM. Paham ini menempatkan kebebasan individu di atas kepentingan bersama. Bagi budaya Indonesia yang menjunjung gotong royong, individualisme bisa mengganggu kepentingan umum. Bahkan negara sering ragu bertindak karena khawatir dituding melanggar HAM.
  2. Kosmopolitanisme
    Kosmopolitanisme memandang manusia sebagai “warga dunia” tanpa batas negara. Sekilas positif, tapi paham ini berpotensi melemahkan nasionalisme dan cinta tanah air. Padahal, seperti diingatkan Soekarno, internasionalisme tidak akan tumbuh tanpa akar nasionalisme.
  3. Fundamentalisme Pasar
    Paham ini menempatkan mekanisme pasar sebagai satu-satunya pengatur kehidupan. Negara dianggap tidak perlu campur tangan, bahkan dalam harga kebutuhan pokok. Akibatnya, kepentingan rakyat rentan dikorbankan demi kebebasan transaksi.
  4. Radikalisme
    Radikalisme berarti perubahan mendasar hingga ke akar, seringkali dengan kekerasan. Dalam sejarah, radikalisme bisa bermakna positif, seperti Revolusi 1945. Tapi saat ini, radikalisme identik dengan upaya mengguncang tatanan negara secara ekstrem.
  5. Intoleransi
    Intoleransi adalah sikap memaksakan keyakinan pada orang lain, tanpa menghargai perbedaan. Di Indonesia, praktik intoleransi muncul di berbagai tempat, bahkan di sekolah. Penyebabnya beragam, mulai dari penolakan terhadap kemajemukan, politisasi agama, kemiskinan, rendahnya pendidikan, hingga kurangnya dialog yang sehat.

Jalan Keluar: Pancasila

Tonton juga: Saat DPR Keblinger Sahkan Undang Undang Penuh Kontroversi

Berbagai tantangan ini menunjukkan pentingnya menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup berbangsa. Nilai gotong royong, persatuan, dan keadilan sosial bisa menjadi filter menghadapi derasnya arus globalisasi, agar Indonesia tidak kehilangan jati dirinya di tengah dunia yang makin terbuka. (yans)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *